Aku tinggal di
sebuah rumah yang sederhana bersama keluargaku. Aku mempunyai ayah, ibu, dan 2
saudara laki-laki yang selalu menyayangiku. Aku bahagia mempunyai keluarga
seperti mereka, karena aku selalu di sayang dan selalu ada waktu untuk
berkumpul bersama. Pada waktu itu aku masih baru duduk di bangku kelas 4 SD dan
kakak-kakakku juga masih bersekolah. Ayahku pensiun dini sejak mengalami
kecelakaan yang membutuhkan pengobatan waktu lama untuk kembali sehat sedia
kala. Setelah mengalami kecelakaan kondisi ayahku terus menurun. Namun yang aku
banggakan dari ayahku, beliau meskipun kondisinya yang tidak sebugar sebelum
mengalami kecelakaan, tetapi ayahku tetap menampakkan kondisi yang tetap sehat
di depan keluarganya dan tidak mengeluh sakit apa yang sering beliau rasakan. Ayahku
meskipun telah pensiun dini masih tetap melakukan aktifitas di rumah. Ayah
selalu memberikan kasih sayang yang lebih terhadap keluargaku. Ibuku seorang
ibu rumah tangga yang selalu menyayangi dan tak pernah mengenal lelah melayani
kebutuhan aku, ayah, dan saudaraku. Ibuku setia menemaniku saat aku dan kakakku
belajar serta tanpa mengeluh ibuku setia menjaga dan merawat ayahku yang
kondisinya seperti itu.
Pada sore hari aku dan keluargaku duduk-duduk di teras rumah dengan
ditemani secangkir teh dan makanan ringan dan juga angin sore yang menyejukkan
tubuh kami. Aku duduk di pangkuan ayahku. Pada saat itu suasananya begitu indah
dan kita saling bercerita dan bercanda. Disisi lain saat itu ada juga yang menyedihkan dengan melihat
kondisi ayahku yang sudah sangat lemah namun ayahku tidak mengeluh terhadap
kondisinya tersebut melainkan beliau tetap menampakkan wajah indahnya dengan
senyuman manisnya yang seakan-akan menutup-nutupi sakit yang dirasakan.Kita
mencoba menanyakan kondisi ayah sekarang, namun ayahku hanya menjawab “ ayah
gak apa-apa kok ! “ Tetapi kita tetap khawatir dengan kondisi ayahku. Karena
adzan maghrib hampir berkumandang, kami masuk dan bersiap-siap untuk
melaksanakan solat maghrib. Setelah adzan berkumandang kami pun solat berjemaah
dan kami juga melaksanakan solat isya’ berjemaah setelah adzan isya’
berkumandang. Sesudah melaksanakan solat ayah pergi ke kamarnya dan
tidur-tiduran. Karena kami khawatir dengan kondisi beliau, kami pun menemani
ayah yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Melihat kondisi ayah sekarang
aku pun tak bisa menahan tangis. Ayahku menyuruhku agar tidak menangis. Kami
mencoba kembali menanyakan sakit apa yang beliau rasakan sekarang, namun
hasilnya hanya jawaban yang sama seperti tadi sore. Ayahku memang orang yang
sabar dan tidak ingin melihat keluarganya mencemaskan kondisinya saat ini.
Ayahku pada saat itu memberikan pesan ke aku dan kakak-kakakku untuk selalu
menjadi yang terbaik buat keluarga dan kejarlah cita-cita yang kita inginkan.
Karena sudah larut malam, ayah menyuruh aku dan kakak-kakakku untuk tidur
supaya besok tidak telat masuk sekolah dan kami pun langsung pergi ke kamar
masing-masing.Sementara ibuku tetap menemani ayahku takut terjadi apa-apa pada ayahku.
Pada dini hari sebelum adzan subuh ibuku membangunkan tidurku dan
kakak-kakaku. Saat membangunkan aku, ibuku menangis sambil berkata “ Adek, ayo
bangun ! Ayah kritis dek…”. Dengan kagetnya mendengar perkataan ibuku, aku pun
langsung terbangun dan langsung ke kamar ayahku. Di kamar ayah,ternyata sudah
ada kakakku dan tetanggaku. Melihat kondisi ayahku yang sedang kritis itu aku
pun tak bisa membendung air mataku. Ibuku dengan tegarnya menyuruhku untuk
tidak menangis dan mendoakan ayah, agar ayah bisa melewati masa kritisnya. Saat
kondisi ayahku yang sedang kritis, aku dan semua yang ada di kamar itu mengaji
dengan bersama-sama dan mendoakan ayahku. Pada saat adzan subuh berkumandang
dengan kondisi ayah yang sedang kritis ada kejadian yang buat kami semua
terheran-heran. Dengan sendirinya ayah yang sedang kritis itu mengangkat
tangannya untuk bertakbiratul ihram dan melaksanakan solat subuh. Setelah
melihat kejadian tersebut, ibuku mencoba berbicara pelan-pelan dengan memeluk
ayahku. Tetapi alhasil ayahku sudah tidak bisa lagi merespon perkataan dari
ibuku. Namun apa daya, Allah telah menentukan takdir ayahku.Tepat pada pukul
06.10 WIB Ayahku telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Hembusan nafas
terakhirnya dan badannya yang sudah terbujur kaku dengan wajahnya yang begitu
damai dan bibinya yang tersenyum membuat kami semua benar-benar tak bisa lagi
membendung air mata yang terus mengalir deras. Kami masih belum percaya dengan
ini semua jika kami telah kehilangan sosok kepala keluarga yang sangat
bertanggung jawab dan selalu membahagiakan keluarganya.Namun disisi lain kami
telah mengikhlaskan kepergian ayahku agar tenang di alam sana. Satu per satu
dari keluarga, tetangga, dan rekan-rekan dari keluargaku banyak yang
berdatangan ke rumahku untuk melayat. Pada
pukul 08.00 WIB, jenazah ayahku di bawa ke Sumenep dengan ambulan jenazah.
Sesampainya di Sumenep, rumah kami telah dipenuhi oleh sanak family
dan orang-orang yang akan melayat. Rumah kami serasa seperti diselimuti oleh
kabut dan hujan dengan banyaknya dari keluarga yang menangis saat kedatangan
jenazah ayahku dan mengucapkan bela sungkawa kepada keluargaku. Di rumah kami
telah siap dengan peralatan-peralatan untuk menyucikan, kain kafan, keranda,
dan lain-lain. Setelah beberapa lama sesampainya di rumah kami, jenazah ayahku
langsung disucikan. Setelah disucikan, jenazah ayah pun dikafankan dan
dimasukkan kedalam keranda. Kami semua dan juga orang-orang yang saat itu
melayat di rumah kami mengaji dan mendoakan ayahku agar arwah ayahku tenang di alam
barunya.
Sore pun telah datang, tiba waktunya jenazah ayahku untuk
dikuburkan. Sekitar rumahku sudah terpadati oleh orang-orang yang melayat dan
mengantarkan jenazah ayahku ke tempat peristirahatan terakhirnya. Pada waktu
keranda jenazah ayahku telah dibawa dari rumah, aku, ibuku, dan orang-orang
yang menyayangi ayahku tak bisa merendam tangisan. Terutama ibuku yang sampai
pingsan karena tidak kuat menahan ini semua. Aku pun tambah tidak bisa meredam
tangisku saat melihat ibuku. Banyak dari keluarga yang menenangkan aku dan
ibuku dalam kondisi saat itu. Setelah beberapa menit kemudian ibuku terbangun
dari pingsannya dan dengan tangisnya ibuku menyebut-nyebut nama ayahku. Namun
ibuku tersadar bahwa ayah telah meninggalkan kami semua dan akan berada di kehidupan
yang baru dengan damai dan tenang. Sebelum dibawa ke kuburan, jenazah ayahku
disolatkan di masjid kemudian di bawa ke kuburan dengan ambulan jenazah dan
iringan sepeda motor serta mobil-mobil yang berada di belakang ambulan jenazah
ayahku.
Sesampainya di kuburan, jenazah ayahku siap untuk dikuburkan. Kedua
kakakku dan omku turun ke liang lahat ayahku untuk menampang jenazah ayahku.
Aku dan keluargaku yang lain mendapatkan kabar dari kakakku dan omku sendiri
kalau jenazah ayahku saat akan dimasukkan ke dalam liang lahatnya ada kejadian
yang menakjubkan yang jarang ditemukan saat pemakaman orang meninggal lainnya.
Kejadian menakjubkan tersebut yaitu kuburan ayahku yang terang seperti
diterangi lampu dengan watt yang cukup besar dan luas liang lahatnya yang
mula-mula biasa saja setelah jenazah ayahku akan dimasukkan ke liang lahatnya
dengan sendirinya luas liang lahat dari kuburan ayahku bertambah. Subahannallah
sungguh menakjubkan kejadian ini. Banyak
orang-orang yang ada di kuburan ayahku heran dan takjub dengan kejadian ini.
Namun banyak dari mereka yang mengatakan kejadian ini terjadi karena beliau
semasa hidupnya bersungguh-sungguh ibadah kepada Allah SWT dan amal-amal semasa
hidupnya diterima oleh Allah SWT. Aku,
ibuku, saudaraku dan keluargaku yang lainnya setiap waktu tak luput untuk
mendoakan ayahku yang sudah tenang di alam kuburnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar