Sabtu, 06 Oktober 2012

Ayah Tercinta

 Aku tinggal di sebuah rumah yang sederhana bersama keluargaku. Aku mempunyai ayah, ibu, dan 2 saudara laki-laki yang selalu menyayangiku. Aku bahagia mempunyai keluarga seperti mereka, karena aku selalu di sayang dan selalu ada waktu untuk berkumpul bersama. Pada waktu itu aku masih baru duduk di bangku kelas 4 SD dan kakak-kakakku juga masih bersekolah. Ayahku pensiun dini sejak mengalami kecelakaan yang membutuhkan pengobatan waktu lama untuk kembali sehat sedia kala. Setelah mengalami kecelakaan kondisi ayahku terus menurun. Namun yang aku banggakan dari ayahku, beliau meskipun kondisinya yang tidak sebugar sebelum mengalami kecelakaan, tetapi ayahku tetap menampakkan kondisi yang tetap sehat di depan keluarganya dan tidak mengeluh sakit apa yang sering beliau rasakan. Ayahku meskipun telah pensiun dini masih tetap melakukan aktifitas di rumah. Ayah selalu memberikan kasih sayang yang lebih terhadap keluargaku. Ibuku seorang ibu rumah tangga yang selalu menyayangi dan tak pernah mengenal lelah melayani kebutuhan aku, ayah, dan saudaraku. Ibuku setia menemaniku saat aku dan kakakku belajar serta tanpa mengeluh ibuku setia menjaga dan merawat ayahku yang kondisinya seperti itu.
Pada sore hari aku dan keluargaku duduk-duduk di teras rumah dengan ditemani secangkir teh dan makanan ringan dan juga angin sore yang menyejukkan tubuh kami. Aku duduk di pangkuan ayahku. Pada saat itu suasananya begitu indah dan kita saling bercerita dan bercanda. Disisi lain saat itu  ada juga yang menyedihkan dengan melihat kondisi ayahku yang sudah sangat lemah namun ayahku tidak mengeluh terhadap kondisinya tersebut melainkan beliau tetap menampakkan wajah indahnya dengan senyuman manisnya yang seakan-akan menutup-nutupi sakit yang dirasakan.Kita mencoba menanyakan kondisi ayah sekarang, namun ayahku hanya menjawab “ ayah gak apa-apa kok ! “ Tetapi kita tetap khawatir dengan kondisi ayahku. Karena adzan maghrib hampir berkumandang, kami masuk dan bersiap-siap untuk melaksanakan solat maghrib. Setelah adzan berkumandang kami pun solat berjemaah dan kami juga melaksanakan solat isya’ berjemaah setelah adzan isya’ berkumandang. Sesudah melaksanakan solat ayah pergi ke kamarnya dan tidur-tiduran. Karena kami khawatir dengan kondisi beliau, kami pun menemani ayah yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Melihat kondisi ayah sekarang aku pun tak bisa menahan tangis. Ayahku menyuruhku agar tidak menangis. Kami mencoba kembali menanyakan sakit apa yang beliau rasakan sekarang, namun hasilnya hanya jawaban yang sama seperti tadi sore. Ayahku memang orang yang sabar dan tidak ingin melihat keluarganya mencemaskan kondisinya saat ini. Ayahku pada saat itu memberikan pesan ke aku dan kakak-kakakku untuk selalu menjadi yang terbaik buat keluarga dan kejarlah cita-cita yang kita inginkan. Karena sudah larut malam, ayah menyuruh aku dan kakak-kakakku untuk tidur supaya besok tidak telat masuk sekolah dan kami pun langsung pergi ke kamar masing-masing.Sementara ibuku tetap menemani ayahku takut terjadi apa-apa pada ayahku.
Pada dini hari sebelum adzan subuh ibuku membangunkan tidurku dan kakak-kakaku. Saat membangunkan aku, ibuku menangis sambil berkata “ Adek, ayo bangun ! Ayah kritis dek…”. Dengan kagetnya mendengar perkataan ibuku, aku pun langsung terbangun dan langsung ke kamar ayahku. Di kamar ayah,ternyata sudah ada kakakku dan tetanggaku. Melihat kondisi ayahku yang sedang kritis itu aku pun tak bisa membendung air mataku. Ibuku dengan tegarnya menyuruhku untuk tidak menangis dan mendoakan ayah, agar ayah bisa melewati masa kritisnya. Saat kondisi ayahku yang sedang kritis, aku dan semua yang ada di kamar itu mengaji dengan bersama-sama dan mendoakan ayahku. Pada saat adzan subuh berkumandang dengan kondisi ayah yang sedang kritis ada kejadian yang buat kami semua terheran-heran. Dengan sendirinya ayah yang sedang kritis itu mengangkat tangannya untuk bertakbiratul ihram dan melaksanakan solat subuh. Setelah melihat kejadian tersebut, ibuku mencoba berbicara pelan-pelan dengan memeluk ayahku. Tetapi alhasil ayahku sudah tidak bisa lagi merespon perkataan dari ibuku. Namun apa daya, Allah telah menentukan takdir ayahku.Tepat pada pukul 06.10 WIB Ayahku telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Hembusan nafas terakhirnya dan badannya yang sudah terbujur kaku dengan wajahnya yang begitu damai dan bibinya yang tersenyum membuat kami semua benar-benar tak bisa lagi membendung air mata yang terus mengalir deras. Kami masih belum percaya dengan ini semua jika kami telah kehilangan sosok kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab dan selalu membahagiakan keluarganya.Namun disisi lain kami telah mengikhlaskan kepergian ayahku agar tenang di alam sana. Satu per satu dari keluarga, tetangga, dan rekan-rekan dari keluargaku banyak yang berdatangan ke rumahku untuk melayat.  Pada pukul 08.00 WIB, jenazah ayahku di bawa ke Sumenep dengan ambulan jenazah.
Sesampainya di Sumenep, rumah kami telah dipenuhi oleh sanak family dan orang-orang yang akan melayat. Rumah kami serasa seperti diselimuti oleh kabut dan hujan dengan banyaknya dari keluarga yang menangis saat kedatangan jenazah ayahku dan mengucapkan bela sungkawa kepada keluargaku. Di rumah kami telah siap dengan peralatan-peralatan untuk menyucikan, kain kafan, keranda, dan lain-lain. Setelah beberapa lama sesampainya di rumah kami, jenazah ayahku langsung disucikan. Setelah disucikan, jenazah ayah pun dikafankan dan dimasukkan kedalam keranda. Kami semua dan juga orang-orang yang saat itu melayat di rumah kami mengaji dan mendoakan ayahku agar arwah ayahku tenang di alam barunya.
Sore pun telah datang, tiba waktunya jenazah ayahku untuk dikuburkan. Sekitar rumahku sudah terpadati oleh orang-orang yang melayat dan mengantarkan jenazah ayahku ke tempat peristirahatan terakhirnya. Pada waktu keranda jenazah ayahku telah dibawa dari rumah, aku, ibuku, dan orang-orang yang menyayangi ayahku tak bisa merendam tangisan. Terutama ibuku yang sampai pingsan karena tidak kuat menahan ini semua. Aku pun tambah tidak bisa meredam tangisku saat melihat ibuku. Banyak dari keluarga yang menenangkan aku dan ibuku dalam kondisi saat itu. Setelah beberapa menit kemudian ibuku terbangun dari pingsannya dan dengan tangisnya ibuku menyebut-nyebut nama ayahku. Namun ibuku tersadar bahwa ayah telah meninggalkan kami semua dan akan berada di kehidupan yang baru dengan damai dan tenang. Sebelum dibawa ke kuburan, jenazah ayahku disolatkan di masjid kemudian di bawa ke kuburan dengan ambulan jenazah dan iringan sepeda motor serta mobil-mobil yang berada di belakang ambulan jenazah ayahku.
Sesampainya di kuburan, jenazah ayahku siap untuk dikuburkan. Kedua kakakku dan omku turun ke liang lahat ayahku untuk menampang jenazah ayahku. Aku dan keluargaku yang lain mendapatkan kabar dari kakakku dan omku sendiri kalau jenazah ayahku saat akan dimasukkan ke dalam liang lahatnya ada kejadian yang menakjubkan yang jarang ditemukan saat pemakaman orang meninggal lainnya. Kejadian menakjubkan tersebut yaitu kuburan ayahku yang terang seperti diterangi lampu dengan watt yang cukup besar dan luas liang lahatnya yang mula-mula biasa saja setelah jenazah ayahku akan dimasukkan ke liang lahatnya dengan sendirinya luas liang lahat dari kuburan ayahku bertambah. Subahannallah sungguh  menakjubkan kejadian ini. Banyak orang-orang yang ada di kuburan ayahku heran dan takjub dengan kejadian ini. Namun banyak dari mereka yang mengatakan kejadian ini terjadi karena beliau semasa hidupnya bersungguh-sungguh ibadah kepada Allah SWT dan amal-amal semasa hidupnya diterima oleh Allah SWT.  Aku, ibuku, saudaraku dan keluargaku yang lainnya setiap waktu tak luput untuk mendoakan ayahku yang sudah tenang di alam kuburnya.